Jejak

Jejak

Senin, 24 Februari 2014

Jika KAU-lah Sandaran Hati

     Pagi itu, ku putar satu folder lagu Letto dari laptop kecilku. Aku teringat perbincanganku dengan Dina beberapa waktu yang lalu mengenai salah satu lagu Letto berjudul Sandaran Hati. katanya, lagu Sandaran Hati adalah lagu Religi. Benar saja, lirik lagu itu kupikir-pikir memang lebih cocok ditujukan untuk Sang Maha Pencipta dibandingkan untuk kekasih. Tiba pada satu kalimat lirik berbunyi "Sedihku ini tak ada arti, jika KAU lah sandaran hati", rasanya ada sesuatu yang berdesir di hati. Ku ulangi beberapa kali lagu itu. Dan entahlah, tiba-tiba aku merasa suasana hati menjadi haru. "Sedihku ini tak ada arti, jika KAU-lah sandaran hati" Rasanya, sudah lama, aku tak benar-benar mendengar kalimat itu. Akhir-akhir ini aku selalu saja sentimentil. Merasakan sedihku sendiri, meratapi hari-hari yang aku lalui, merasa beban hidup yang begitu berat. Tak pernah bersyukur.
       Dan kemudian, selayaknya manusia yang baru saja belajar filsafat. Aku mulai kembali mencari sosok Tuhan-ku, Allah SWT. Ku ketik kan beberapa keyword yang kutujukan untuk mendekatkan diri pada-Nya. mencari beberaapa video yang kuharap bisa meluluhkan qolbu. Namun, rasanya ada yang aneh. Aku tak merasa cocok dengan semua artikel yang melulu mencantumkan ayat-ayat. Dan tak ada banyak makna yang bisa kuserap. Hingga akhirnya, sebuah blog Islam Malaysia ku baca. Judulnya, "Dalamnya hati siapa yang tahu" disana kutemukan mantra penenang diri, salah satu obat dari semua penyakit, termasuk gelisah.
                   Hasbunalloh Wani'mal Wakil Ni'mal Maula Mani'man Nashir
Artikel nya begitu bagus. Menjawab kegelisahan hati. Setelah itu, ku aplikaskan dalam sujud Dzuhurku. Sehabis salam, aku duduk terdiam merenungi segalanya. semua masalah yang menimpaku. semua rindu yang mengepungku. semua nya. bahkan pikiran mati pun ikut singgah dalam benakku. aku menangis. bukan karena semua dosa yang aku punya. tapi karena aku tak bisa khusyuk dalam beribadah. Karena keputusasaanku yang tak bisa merasakan KAU tengah bersamaku. dan juga karena kebodohanku yang cukup jauh dari-Nya. Ku baca mantra pengobat lara itu. Lama sekali. Dan aku sedikt merasa tenang. Aku tak tahu, apakah memang yang ku lakukan saat itu benar-benar di ridhoi oleh-Nya. Yang ku sadari setelah itu, sahabat terbaik ku kembali. Memamng masih dalam kecanggungan yang remang, tapi entah mengapa rasanya aku begitu bersyukur dia kembali. Dan entah kenapa aku lebih banyak tersenyum saat ini. Bahkan sponsor airmineral yang telah menolak proposal kami, tak begitu memberatkan pikiranku. Aku tak tahu, apa memang ini karena mantra yang kini selalu ku ucap dalam sujudku. Yang jelas, aku akan terus berusaha untuk selalu lebih dekat pada-Mu ya Robb. Untuk terus merasakan kehadiran-Mu dalam hidupku. Untuk jadi manusia yang selalu lebih baik di tiap harinya. Dan hanya menggatungkan semua nya pada-Mu. Juga masalahku. Karena "sedihku ini (tak akan) ada arti, jika KAU lah sandaran hati :') 
Continue Reading...

Senin, 17 Februari 2014

Merindukan pagi

      Aku menempatkan pagi ini pada jejeran hari yang tak ku suka. Padahal hari ini ilham ulang tahun. Padahal pagi ini semestinya aku bersyukur karena tak ada kesibukan yang menjerat pikiran dan tenaga ku. tapi pagi ini aku merasa sebaliknya. tiba-tiba aku merasa sendiri di dunia ini. tak didengar, tak dianggap, tak dirindukan. dan segala macam rasa menyesatkan yang mengepungku. sudah beberapa hari, ibu tak menelponku setiap malam seperti hari-hari biasanya. padahal aku begitu merindukan perhatian kecilnya. juga rindu celotehan ilham yang minggu kemarin pasti sedang berbahagia karena ulang tahunnya yang ke-5 dirayakan dirumah. aku iri mbak Lia bisa ikut bersenang-senag dirumah. mencium pipi tomatnya. tertawa bersama bapak ibu ku. bersama Mira. Aku merasa cemburu. aku juga ingin bersama mereka saat ada kebahagiaan disana. kerinduan ini mencekik ku. semua urusan disni rasanya menambah beban ku. dan teman-teman rasanya melengkapi semua rasa menyesatkan itu.
    Sejujurnya, aku begitu membenci kalian saat ini. Serumah tapi tak saling menyapa, tak sling menganggap, tak saling membantu. Apa kita ini kumpulan batu yang dipajang sebagai hiasan rumah? bendera itu benar-benar telah merubah kalian. tak menganggap mereka yang satu bendera dengan kalian, termasuk aku? terimakasih sekali. jadi hari ini, biar saja aku berdiam diri. hingga esok. esok nya lagi. esok nya lagi. Rasanya aku sudah begitu muak menahan rasa kesal yang terus saja bertambah. Rasanya aku ingin mengasingkan diri beberapa hari. menjauh dari kalian. menjauh dari kita yang sudah bukan lagi sahabat. bahkan mugkin tak wajar dianggap teman.
    Dan untuk mu sahabat yang telah begitu lama bertahan di jiwa, sejak kita dibangku putih abu-abu. selamat ya, kamu telah menemukan seseorang yang selalu membuat senyum mu merakah. dan juga ucapan-ucapan selamat pagi yang begitu manis drai seseorag di masa lalu ku. kamu tengah merasa sempurna. tapi ingatkah kamu pada sahabat yang kini tak pernah kau sapa sejak kalian bersama? ingatkah kamu tentang aku? baiklah, anggap saja aku setuju kalian bersama. dan apa kau ankan terus saja melupakan aku? membiarkan aku disini merindukan kebersamaan kita, juga kegilaan yang dulu selalu saja kita lakukan bersama-sama? terlepas dari semua masalah yang tengah kita tanggung diam-diam, aku sangat merindukan mu. aku rindu bercerita tentang semua yang ku alami. aku rindu bercerita tentang pria  yang tengah menjerat perhatianku. bahkan mungkin kamu tak tahu kan, kalo saat ini aku sudah tak bersama "dia" lagi?
     Aku akan menangis beberapa detik lagi saat menulis semua tentang kamu. Aku rindu kita bercerita semalaman hingga tak terasa sudah pukul 2 pagi. cekikikan semalaman. menangis bersama saat menonton film sedih. kenapa kamu tak mengingatku? kenapa kamu tak pernah sms? mengajakku ke suatu tempat? nonton misalnya, seperti saat dulu kita pernah berjuang menerobos hujan hanya untuk ke bioskop menonton habibi dan ainun. ketika berbicara tentang hujan, aku ingat saat semester satu kamu pernah berjuang untuku. saat itu, aku tengah berteduh di double way karena kehujanan. aku memintamu membawakan payung untukku, seingatku aku tak serius mengatakan itu di sms. tapi kemudian kulihat sosok mu ditengah hujan yang deras mengguyur. kamu bawa dua payung. untuk kita. aku masih ingat bagaimana kagetnya aku saat itu. kamu tersenyum tulus. terimakasih sahabat, ada banyak cinta yang saat itu kamu berikan untukku.
     Dan semuanya berbeda sekarang. kita mulai berjalan. saling menjauh dari titik memori lalu. tapi, aku mau bertanya satu hal. masihkah kau pegang tali penghubung diantara kita? mungkin tali ini bisa merenggang. tapi jika kamu masih menggenggamnya, aku tak perlu takut. karena aku masih bisa mengulurmu lagi, untuk kemabali pada titik kedekatan kita. ku mohon jangan kau lepas. Agar memori kita kembali terulang, bercerita semalaman hingga pagi menengok. bercerita lepas tanpa kecanggungan. 
Continue Reading...

Selasa, 04 Februari 2014

Laugh

Ada yang ingin aku tuliskan. Ini tentang sekelumit pikiran yang beberapa hari ini terus saja bermain-main denganku. tiba-tiba aku rindu, tiba-tiba aku suka tertawa, tiba-tiba aku kecewa dan tiba-tiba aku diam. Tiba-tiba semua muncul begitu saja saat aku tengah memperhatikan sesuatu. atau seseorang?
Mau kau sebut cinta? haa?
aku ingin tertawa sekencang-kencangnya.
Continue Reading...

Followers

Follow Us

Follow The Author