Jejak

Jejak

Senin, 21 Desember 2015

Pekat



“Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya" 
Pramoedya Ananta Toer


      Saya mengamininya. Kemudian hanya berusaha menyederhanakan segala kemungkinan dalam hidup. sejujurnya saya sedang berada di tingkat kejenuhan yang pekat. Dalam semua hal rasanya mengalir datar, biasa-biasa saja. Tapi saya dipaksa fokus pada skripsi. ih.
     Katanya jadi dewasa itu rumit. Mungkin saja tidak. Jika saya bisa berhenti khawatir pada kebiasaan manusia dewasa pada umumnya. Misalnya saja, berhenti ikut berlomba pada sesuatu yang sudah pasti didapat. Kebiasaan tak selalu benar kan? Kadang saya pikir rasanya hidup ini lucu sekali. Saya lupa bahwa setiap manusia punya alurnya masing-masing yang hanya perlu diterima dan disyukuri. Mungkin saja, dewasa bukan perkara telah mendapatkan banyak hal dalam hidup. Saya pikir itu nilai plus. 
      Ah terlalu banyak tafsir. Saya jenuh. Egoisnya saya ingin berhenti peduli pada hal yang melulu begitu. Dalam waktu yang terus bergulir, ia mengajari saya untuk merenungi banyak hal. Perkara cita yang secara kasar sudah terpikirkan. Setidaknya, ada yang perlu saya capai. Perkara cinta yang sudah semestinya dipikirkan ulang. Dia tak akan peduli.
       Rasanya saya ingin segera menuju antah berantah menuju kesahajaan para manusia jika Tuhan mengijinkannya. Memulai pengenalan dari awal. Bertemu manusia baru. Bertumbuh jadi perempuan yang anggun dan istimewa ( berkawan dengan make up salah satunya. Cepat atau lambat, saya sadar perihal merepotkan itu mesti dilakukan). Mencintai dengan sederhana. Lalu sesekali merindukan kota manis yang punya banyak kenangan ini. Saya tahu akan begitu suatu hari nanti.  []
        

Jember, Desember 2015
Kepala saya pusing
Continue Reading...

Jumat, 11 Desember 2015

Say it with Flower


Aster (sumber : breaflorist.com)

Hydrangea (sumber : pinterest.com)


Say it with flower-
Entah siapa yang mengatakan itu pertama kali. Bunga bisa lebih bermakna ketimbang hanya sekedar kata-kata. Sepertinya begitu.  Saya sendiri sudah cukup banyak kali mendapat bunga dalam beberapa momen. Kebanyakan dari teman pria yang ngasih bunga sewaktu mengungkapkan perasaannya. Hahaha. Atau  dari teman-teman sebagai sebuah ucapan. Saya bukan perempuan yang alergi bunga sih, atau tidak terlalu fanatik juga padanya. Saya hanya pengagum kecantikan bunga dan sangat menghargai apa yang orang persembahkan buat saya. Feeling special gitu ketika mendapat sekuntum mawar atau bucket bunga yang cantik. Bukan cuma bunga sih, semua hadiah dalam hidup saya sangat berarti dan jelas bikin saya merasa special juga. Perempuan mudah luluh pada hal-hal yang manis bukan?  *wiingg
                Kemarin, saya ngobrol sama mbak Exti tentang kembang kelahirannya di bulan Desember. Lalu, jadi tertarik untuk tahu simbol bunga di bulan September. Beberapa artikel menyebut bunga ester atau daisy sebagai simbol bunga September. Ia seringkali dihargai karena kesederhanaannya. Menurut tokobungahias.com, di zaman dahulu para gadis menggunakan bunga aster sebagai penghias rambut mereka untuk menunjukkan kepolosan dan kesederhanaan seorang remaja. Bunga aster yang dihadiahkan oleh seorang gadis juga dianggap sebagai penghormatan dan tanda kasih sayang. Ia sering digunakan untuk mengekspresikan bahasa cinta dengan cara yang spesial. #Uweleh Menurut cerita mitologi Yunani, bunga ini terbentuk ketika dewi Asterea Yunani menangis, sehingga bunga ini dianggap sebagai pesona cinta yang memiliki kekuatan mistik.
                Kalo menurut Libra, bunga saya Hydrangea atau Ajisai. Dari mitologi Yunani, dewi Themis yang sering disimbolkan untuk Libra. Seorang dewi keadilan. Saya kira, hydrangea dan ester punya kemiripan. Sama-sama dianggap sebagai bunga yang penuh kasih, perhatian, cinta dan embel-embel menye-menye yang manis. Begitu juga kesamaan pada dua dewi Yunani dalam mitologi Yunani. Thermis kan ibunya si Asterea, jadi sangat mungkin mereka punya karakter hampir serupa. Gitu ya? Haha.
Intinya apa? Saya bukan jenis manusia yang percaya pada ramalan bintang atau terlalu mengiyakan segala macam yang tertulis di artikel, misalnya mengenai simbol-simbol beginian. Nggaak kok. Cuma setelah baca-baca kilat akibat kepo sama jenis bunganya September, saya jadi  berharap punya karakter baik yang sama dengan bunga atau dewi-dewi Yunani ini. Perhatian, sederhana, baik hati, romantis dan penuh cinta wahahahahha. Jelek-jeleknya gak usah. Gak tahu juga sih jeleknya apa. Tapi tentu saja gak bakal mau punya kisah poligami yang dialami si Themis. Iyuhh.
Betewe, pengetahuan saya soal bunga cetek banget. Soal keahlian bercocok tanam juga tidak begitu baik. Tapi, pingin ah punya bunga aster atau hydrangea. Siapa tahu suatu hari bisa ke sen-pon-ajisai-rodo. Amiin banter ! []
Continue Reading...

Kamis, 03 Desember 2015

Salju, Itadakimasu

Salju di Jepang masih turunkah din? 

         Jember sedang sering ditimpali hujan. Aku senang. Semoga saja hujan tak jenuh kujadikan tempat penghabisan risau. haha. Dalam hujan, akan muncul petrichor yang melewati jendela dan ventilasi untuk membaur dengan udara kamarku, juga memenuhi sepanjang jalan Kalimantan. Hampir tiap hari aku menungguinya turun untuk bersama dalam lamunan atau dijadikan teman dalam satu selimut. Seperti menunggumu pulang ke Jember Din, untuk kembali kita habiskan waktu untuk ngopi. Bercerita apapun hingga isi cangkir tak bersisa. 

        Apa salju juga menarik seperti halnya hujan, Din? Semoga ia mampu membekukan potongan kenang yang tak sanggup dibaca lagi, juga luka yang menyertainya. Mereka bilang, kerinduan semacam ampas kopi yang mengendap ikhlas tanpa diteguk. Disana, kamu sering minum kopi instan ya Din? kopi instan tanpa ampas mestinya bisa mewakili hatimu. Bukan karena tak lagi rindu, hanya saja karena kerinduan itu sudah gak perlu. hwehehehe.

         Hari ini H-15 waktu pulangmu ya Din? sepertinya kamu sudah tak sabar untuk segera kembali ke kotamu yang manis ini. Bertemu banyak manusia yang mampu mencairkan sosok Dina dari sisi cool nya yang menarik. hihi. Oh iya, mumpung salju sedang turun Din. Bawa saja banyak bola salju dalam kresek hitam ke dalam labmu. Kupikir kau perlu untuk melempari teman-teman labmu dengan es yang berceceran di sana. Biar ceceran kebekuan itu menyatu kembali dengan kebekuan para manusianya. Sesekali buat kegaduhan dalam ruang-ruang yang bersekat itu, atau jebol saja dinding-dindingnya, Din. Biar kalian bisa bersama-sama menyanyikan lagu doraemon atau fukai mori. Lalu seperti pelajaran bahasa Jepang di SMAku, saling berkenalan satu persatu di depan kelas sembari bergiliran maju mengucapkan hajimimasite, watashiwa ...

Ah, aku ngelantur. Jangan dihiraukan...

Aku lagi jenuh Din. Rupanya skripsi adalah serangkaian perjalanan membosankan yang mesti segera dihabisi. Agar keresahan dan cecunguk yang mnenyertainya cepat terbebaskan. Apalagi saat-saat semacam ini. Ketika panelis terlatihku tak bisa dihubungi dan mesti menunggu kesempatan yang datangnya tak pernah tentu. Ah, mereka jadi bukti tambahan bahwa menunggu tak pernah menyenangkan.

        Cepat pulang Din. Aku punya tempat ngopi baru yang bisa kita jadikan selingan. Aku punya tumpukan rencana dan cerita yang perlu dibahas untuk menghabiskan isi cangkir di atas meja. Juga siap mendengar hari-hari salju atau guguran daun milikmu. Aku ingin menghabiskan waktu di Jember dengan baik. Di kotamu ini, tentu saja sudah tak lagi hitungan tahun buatku. hehe.

Semoga 15 hari terakhirmu disana menyenangkan ya Din. Aku mau makan siang dulu sambil menyesapi resah yang mendadak muncul di atas meja lab PB soedirman. Duh, kesehatanku.

Itadakimasu! []


Continue Reading...

Followers

Follow Us

Follow The Author