|
reruntuhan mercusuar di pingggiran pantai (dok.Khalimatus Sa'diah) |
Sebelumnya, saya cinta gunung. Dan hanya
sesekali menyukai tepian pantai dengan ombak bergelung. Saya mencintai lautan
juga sekarang. Dari tepian hingga dasarnya.
Saya cinta semesta ini.
Pulau Tabuhan. Sebuah pulau kecil tak
berpenghuni yang berada di tengah lautan. Konon disebut tabuhan karena di waktu
lalu, angin pantai yang begitu kencang menyebabkan ombang bergelung dan
membunyikan suara serupa tabuhan. Letaknya ada di ujung Banyuwangi, di
pertengahan kota Banyuwangi dan Bali. Semesta eksotis yang akhirnya bisa saya
kunjungi pekan lalu.
Sabtu pagi saya dan kawan-kawan
brotherhood THP 2011, berkumpul di stasiun pukul 04.00 pagi. Udara dingin yang
terasa, justru mampu menghangatkan kebersamaan kami yang mengamini liburan kali
ini merupakan project liburan besar kami yang terakhir. Tentu saja karena kami
telah memasuki dunia sibuk mahasiswa semester akhir. Pukul 04.30, kereta
Pandanwangi seharga tiket Rp 8000,- tiba di stasiun Jember. Tujuan kami menuju
stasiun Banyuwangi Baru memakan waktu selama 3 jam perjalanan. Dengan riuh canda
yang sulit dikontrol bahkan oleh petugas kereta, akhirnya kereta kami tiba di
stasiun banyuwangi Baru sekitar pukul 07.30. Dari stasiun, kami dijemput oleh
lin kuning yang sebelumnya sudah dipesan oleh kawan-kawan dari seorang kenalan
di Banyuwangi.
Bergumul dengan barang-barang bawaan
dalam satu mobil lin, kami berdesak-desakkan dengan khidmat. Melewati pantai
Watu dodol yang terlihat begitu biru dari tepian jalan, membuat nafsu kami
memburu untuk segera menyentuh ombak. Lin berbelok menuju jalan pedesaan,
hampir setengah jam akhirnya lin berhenti di pinggiran pantai. Tidak ada tarif
untuk memasuki pinggiran pantai yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal ini.
saya dan 32 kawan brotherhood berhenti sejenak di pingggiran pantai ini. dan
beberapa kawan lain, sibuk mengurusi kapal yang akan membawa kami menuju pulau
Tabuhan. Karena banyaknya anggota dan barang-barang yang ikut, kami menyewa
tiga kapal seharga ../kapal. Dan juga safety
jacket sebagai alat snorkling di pulau Tabuhan nanti. Maka tak berlama-lama
di pinggiran pantai, akmi pun segera menaiki kapal dan berangkat menyusuri
lautan biru.
Sama rasanya seperti ketika saya menaiki
kapal menuju pulau Gili Probolinggo. Perasaan takjub berada di atas kapal
menyusuri lautan biru dimanapun mata memandang. Hanya ada garisan lurus antara
langit dan lautan. Mereka biru dan mereka luar biasa buat saya. Terombang-ambing
di lautan dari atas kapal, kurang lebih setengah jam tepatnya pukul 09.00, kami
pun sampai di pulau berpasir putih yang memiliki satu mercusuar di tengahnya. Keadaan
pulau ini sangat sepi serupa pulau milik pribadi. Hanya ada beberapa pengunjung
yang jumlahnya bisa dihitung. Setelah semua kapal tiba, kami segera mendirikan
tenda. Selain kami, juga terdapat dua rombongan kecil yang juga mendirikan
tenda. Selesai, membersihkan pekarangan tenda dan menyiapkan tempat memasak, kami
beristirahat. Selayaknya pantai yang lain, pulau Tabuhan di siang hari juga
begitu menyengat. Lautan biru yang sangat cantik membuat beberapa kawan tak
betah untuk menunggu lebih lama menuju pantai untuk snorkling. Saya masih sabar
meski sudah sangat bernafsu untuk menyatu dengan air. Maka meski belum
menyentuk alat snorkling, saya pun menuju pinggiran pantai untuk sekedar
menghapus dahaga pada air lautan yang sedari tadi Cuma bisa saya pandang. Baru beberapa
jam kawan saya bersnorkling ria, dia sudah menemukan bintang laut berwarna biru
kehijauan. Sejujurnya, saya baru kali ini melihat bintang laut dengan warna cantik
itu. selain bintang laut, kawan-kawan juga menemukan beberapa teripang yang
kemudian di belah untuk bakaran nanti malam. Kami semua penasaran dengan rasa
si timun laut.
|
star fish ( pict taken by Sa'diah) |
Beranjak sore, akhirnya waktu saya untuk
bersnorkling menikmati pantai. Tidak ada ombak seperti pinggiranpantai Papuma
atau payangan Jember. Airnya tenang dan sangat dangkal hingga jarak yang agak
jauh dari daratan. Sejujurnya saya tak jago berenang. Hanya bisa dengan
kemampuan sangat jelek. Maka saya pun berinisiatif hanya berada di pinggiran,
karena takut tenggelam. (teori bodoh sebenarnya mengingat safety jacket yang saya pakai). Tak lama saya menyentuh air,
seorang pria berperawakan tinggi, yang tentu saja tak saya kenal memanggil
“mau
snorkling ya? Mau ikut saya? saya ajak ke spot yang bagus untuk snorkling”
ajakan menggiurkan buat saya dan dua orang kawan lainnya, Effi dan Diah. Tanpa pikir
panjang, kami pun mengikuti pria tak dikenal yang menjanjikan alam indah di
bawah laut.
Di pinggiran pantai, mas Mr X yang
sampai sekarang tidak saya ketahui namanya, memberikan instruksi layaknya tour
guide. Kami disuruh membersihkan kacamata air dan selanjutnya memasangkannya di
kepala. Juga menggunakan safety jacket.
Selanjutnya, dia mengajak kami berjalan
menuju lautan. Tak begitu jauh dari daratan sebenarnya. Tapi buat saya yang
takut pantai bagian tengah, saya rasa kami sudah berenang cukup jauh dari
daratan. Mr X ini, menuntun kami dengan berenang di depan. Dan selanjutnya,
begitu menakjubkan keindahan terumbu karang yang saya lihat dari atas, tempat
saya melayang. Ikan warna-warni yang berlarian, terumbu karang, bintang laut
kebiruan, teripang, dan makhluk air lain yang tidak saya ketahui namanya. Mas Mr
X ini, mengenalkan kami pada tanaman laut bernama anemon yang meliuk-liuk
cantik di dasar. Bintang laut besar yang saya temukan dan pemandangan lain yang
begitu luar biasa. Serupa melihat iklan RCTI di masa lampau.
|
saya, si anak pantai dan star fish ( pict taken by Sa'Diah) |
Sejujurnya, baru kali ini saya melihat
keindahan dasar laut secara nyata dengan mata sendiri dan saya sungguh jatuh
cinta. Sayangnya, kami tak menyewa kamera underwater
untuk dokumentasi bawah laut. Tapi, bukankah keindahan alam yang sesungguhnya adalah
ketika kita sampai lupa untuk mengabadikannya? Maka begitulah buat saya, tak
ada waktu untuk memikirkan cara berfoto bersama makhluk-makhluk air ini. saya
sempat tanyakan pada Mr X yang berbaik hati menunjukkan spot keren ini. Dia
bilang, banyak wisatawan Tabuhan yang kecewa mengunjungi pulau ini untuk
bersnorkling karena mereka tidak tahu keindahan sebenarnya di pualu ini.
mungkin karena mereka tak menemukan spot yang bagus untuk dilihat. Jadi secara cuma-Cuma, Mr X yang akhirnya kami ketahui adalah tour guide sungguhan, mengajak
wisatawan baru untuk melihat spot indah dan bertempat dangkal. Saya bersyukur bertemu
mas berperawakan jangkung yang baik hati ini. Pastinya dia begitu mencintai
pulau ini.
Setelah asyik bersnorkling dan selepas Mr X pergi, kami pun mengelilingi pulau Tabuhan. Ada rerntuhan tembok yang
katanya, bekas mercusuar yang hancur diterjang ombak. Foto disini bagus, juga
terdapat pohon-pohon kering yang mengingatkan saya pada background prawedding yang terkesan etnik. Mendekati senja, saya
dan kawan-kawan lain belum mentas dari air dan kembali bertemu dengan Mr X.
Di sudut pantai yang berbeda, kami mengadu banyaknya bulu babi dan ubur-ubur
yang tentu saja membuat kami takut mendekat. Namun, Mr X malah mengajak
kami mendekati mereka. Dia bilang, bulu babi dilihat dari atas sangat bagus. Serupa
disihir, lagi-lagi kami mengiyakan untuk mengikutinya mendekati bulu babi. Kami
berenang agak jauh dari pinggiran. Sama seperti spot sebelumnya dengan sudut
pantai yang lain. Dan ketika mata melihat dasar laut, benar saja ada gerombolan
bulu babi yang ternyata sangat luar biasa ketika ditengok dari atas. Bentuknya serupa
lampu disko. Berwarna putih, biru berkilauan. Terdapat bulatan ditengah
atasnya. Ahh, saya baru tahu bulu babi yang ditakuti selama ini secantik itu.
kami tentu saja tak menyentuhnya karena seperti yang digemborkan selama ini,
dia beracun. tapi, karena kurang berhati-hati, saya ternyata menginjak bulu
babi yang mengumpat diantara batu karaang yang tak sengaja saya jajaki. Rasanya
menyengat seperti digigit tawon. Dasarnya, manusia manja, dengan rasa perih
begitu saya tak kecapekan mau berenenang ke pinggir pantai. Maka dibantu
kawan-kawan saya ditarik dan dipinggiran pantai saya lihat titik hitam di kaki
bekas si bulu babi. Kami panik melihat tanda hitam itu.
Namun, dari kejuahan mr X yang
bergerak menaiki kapal hanya tersenyum melihat tingkah kami. Sambil sedikit berteriak
dia bilang tak perlu khawatir, besok juga nyerinya hilang. Saya tak percaya,
karena mungkin saja sudah terdoktrin bahwa bulu babi itu sangat beracun. tapi
ternyata Mr X benar. Tak sampai menunggu esok tiba, nyerinya sudah hilang.
Puas snorkling, saya pun melepaskan safety jacket namun masih belum mentas
dari air. Lautan yang sepi dan semburat senja yang datang menemani saya
mendekati malam. Saya melihat matahari tenggelam dari lautan lepas. Terlihat gunung
dan sebuah kapal didepan mata. Maha Agung Pencipta Alam.
Malam kami di pulau Tabuhan, bertepatan
dengan fenomena eclipse. Purnama yang cantik menemani kami yang bercanda ria
sembari gitaran di pinggiran pantai. Udara tak terasa dingin. Malah sangat
panas ketika berada di dalam tenda. Maka tetap berada di pinggiran pantai
sangat tepat. Beberapa kawan, membakar teripang laut hasil perburuan siang
tadi. Saya mencicipinya sedikit dan sejujurnya saya tak suka rasanya. Entah karena
cara mengolah yang tidak tepat. Rasanya sangat asin, karena dicuci dengan air
laut pula, dagingnya alot dan terasa getir di lidah.
Dan setelah puas menikmati malam, mata
saya mulai lelah. Liburan belum usai, masih ada esok hari hingga siang sebelum
kapal kami menjemput. Maka saya sudahi hari ini dengan bernjak menuju tenda. Dengan
bayang-bayang terumbu karang yang ingin saya nikmati sekali lagi, atau jika
boleh berkali-kali lagi. sayangnya, esok paginya, arus laut cukup besar
sehingga menyurutkan niat saya untuk berenang menuju spot kemarin. Sedikit kecewa,
tapi saya cukup puas dengan menikmati berenang dengan pandangan mata yang
jernih melihat bawah air.
Yang saya sayangkan, ketika banyak teman
hanya menikmati pinggiran pantai dengan berfoto-foto selfie saja. Bukan alamnya
yang jadi objek utama. Tak melihat pemandangan seperti yang Mr X itu
perlihatkan. Jika berfoto-foto di pinggiran pantai bagi saya, sama saja seperti
berfoto di pinggiran pantai papuma, hanya saja pasir pulau Tabuhan yang lebih
putih. Mengunjungi alam, semestinya tak hanya untuk keperluan dokumentasi
sosial media. Manusia sepertinya mulai lupa bagaimana cara menikmati hidup
dengan alam yang begitu mempesona. Ahh, saya Cuma mau berterus terang sekarang. Saya
lupa mengucapkan terimakasih dengan berjabat tangan dengan Mr X yang baik. Dan saya
akui, Tabuhan kamu cantik []