Jejak

Jejak

Rabu, 29 April 2015

Gila

Dia masih saja memandang keluar jendela kamarnya. Wajahnya sendu. Ada bekas alur air yang mengering di pipinya, bebarengan habisnya rintikan hujan di luar. Sesekali bibir kecilnya melantunkan lagu yang menyayat hatiku. Entah, lagu apa. Mungkin senandung ciptaannya sendiri.
"Risa..." tiap kali ku panggil dengan suaraku, bibirnya berhenti menyanyi. Lalu bola matanya berlarian mengejar tiap sudut ruangan. Kudapati wajahnya penuh kengerian. Ah.. gadis manisku, entah kejadian apa yang membuatmu terluka hingga separah itu. Dia sangat benci laki-laki. Baik suaranya maupun penampakannya. Risa, gadisku akan lebih histeris mengamuk di ruangan khususnya.
"Risa" kudekati gadis manisku dengan vibra suara yang kubuat mengecil. Kupeluk lembut bahunya sembari mengelus rambut panjangnya. Risa menatapku dengan mata bulat yang begitu percaya. Ah.. setiap kali menatapnya aku percaya, mungkin saja aku sudah benar-benar gila. Mulai saat itu kuputuskan untuk merawatnya, meski dicaci banyak manusia dan dianggap tak waras. Aku tak peduli. Dengan mengenakan baju suster dan wig panjang ini kuputuskan untuk mengabdikan hidupku untuknya. Mereka benar aku memang gila. Aku tergila-gila pada nya. Risaku.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1
Continue Reading...

Berubah


         Aku masih disini. Memandangi rintik hujan yang terus saja turun sejak pagi tadi. Apa kamu lupa hari ini kita ada janji? Terserahlah hunny, yang pasti aku akan tetap menunggumu. Hingga denting piano yang dimainkan itu berhenti bahkan jika perlu hingga kafe ini tutup sekalipun. Kamu tahu aku nekat. Tapi setidaknya aku tak pernah sampai mengobrak-abrik rumahmu agar kamu tahu perasaanku.
Ah, coba lihat rambut panjangku yang sudah mulai berasa lepek oleh keringat. Kamu tak pernah tahu kan usahaku untuk memanjangkan rambut ini.  Ku lakukan ini hanya karena kamu suka wanita berambut panjang. Sulam alis, bermacam kosmetik dan segala macam hal yang kau suka kulakukan. Aku telah melakukan banyak hal gila sejak kamu putuskan adanya jeda diantara kita.
Sudah dua tahun hunny. Kamu perlu tahu aku telah jadi apa yang kamu mau. Semuanya  telah berubah, tapi perasaanku tak pernah beda.

“...Joko” sayup-sayup kudengar panggilan lamaku. Panggilan sayangnya. Aku menoleh pada wajah yang mengernyitkan dahi. Ah, dia masih saja sama. Masih saja seringkali membuat jantung berdegup dan menyesakkan dada. Lagi-lagi datang dengan menggandeng wanitanya. 


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1
Continue Reading...

Minggu, 26 April 2015

Bapakku



bapak ibuk ku di awal pernikahan


Satu lagi kabar duka dari kawan seangkatan saya. Bapaknya meninggal sore tadi. Berita ini membawa saya pada satu ingatan secara mendadak dan brutal membuat hati kalut. Ucapan mulut kecil adik saya yang masih TK, dia bilang dia janji gak akan angkat telepon saya karena saya ga pernah pulang. Segitu kesalnya dia. Kata-katanya berdengung terus-terusan. Tiba-tiba kelebatan kabar minggu lalu sangat menggangu pikiran. Ibu bilang, bapak demam, ibu juga demam. Dan saya disini? Tak ada yang dilakukan. Hanya diam menunggu. Dan menggerutu.
Seorang kawan saya  bikin surat buat bapaknya yang ada di surga beberapa waktu lalu. Dalam bahasa inggris intinya dia menanyakan kabar, dan bertanya apakah dia telah tumbuh seperti apa yang bapaknya ingini.  Atau ketika kawan saya lainnya seringkali bikin pm rindu bapaknya dengan emoticon sedih. Atau saat bermain ke rumah teman yang hanya tinggal serumah dengan ibunya karena bapak dan adiknya yang telah tiada karena kecelakaan. Tiba-tiba mengingat ini semua, saya merasakan itu.
Bapak buat saya dalam tiga kata adalah tulus, tegar dan tabah. Mungkin selayaknya kebanyakan pria, bapakku suka menyimpan sedihnya sendiri. Dia yang mendadak diam memikirkan sesuatu dan terusik ketika aku bertanya. Dia yang memaksakan diri untuk mengantar jemput aku yang sangat jarang pulang ke rumah meskipun dia tengah sakit. Bapak yang seringkali punya banyak nasihat hingga kadang membuatku mesti mengigit lidah kuat-kuat agar tak meneteskan air mata di depannya. Bapak yang masih saja mencium kedua pipi anak-anaknya disaat bapak lain mungkin malu melakukannya. Bapak yang di dalam pelukannya ketika lebaran begitu menghangatkan, dan membiarkan seluruh beban kesalahanku jadi terasa lega dalam tibuh ringkihnya. Bapak yang... sangat aku sayangi, maafkan aku...
Umurku telah beranjak kepala dua pak. Sudah 22 tepatnya. Sudah banyak kali ciuman mu mendarat di pipi kanan kiriku. Sudah enta berapa kalinya aku membantah nasihatmu yang kurasa kolot. Dan tak ada yang bisa kuhitung saat ini apa yang sudah kulakukan untuk membuatmu tersenyum bangga padaku.
Pak, apa pijatanku di badanmu bisa membuatmu lebih nyaman? Meski aku tak bisa menghilangkan beban yang kau pikul sejak kecil itu. setidaknya aku ingin bisa membahagiakan mu dengan kehadiranku. Aku ingin kau melihatku bisa mewujudkan cita-cita yang kau selipkan lewat namaku.
Pak, aku hanya ingin menuliskan keresahanku tiba-tiba. Merindukanmu tiba-tiba. Aku sangat ingin pulang untuk menmuimu. Menemui ibu, ilham, mira, mbak Lia. Aku ingin memijatmu. Pak, jangan tanyakan dulu soal skripsiku. Aku tahu sudah waktunya kau melihat anakmu wisuda tahun ini. doakan saja pak. Aku akn terus berjuang. Entah kerikil apalagi yang akan aku injak, aku akan kuat seperti yang kamu mau. Pak, aku akan jadi putri yang tangguh dan segera memeberikan kebahagiaan tak terhingga buatmu. Secepatnya. Tunggu aku sukses pak. Sebentar lagi. Sungguh aku tak akan lama menggapainya.
Continue Reading...

Rabu, 08 April 2015

Menyelami pesona Tabuhan


reruntuhan mercusuar di pingggiran pantai (dok.Khalimatus Sa'diah)
Sebelumnya, saya cinta gunung. Dan hanya sesekali menyukai tepian pantai dengan ombak bergelung. Saya mencintai lautan juga sekarang. Dari tepian hingga dasarnya.
Saya cinta semesta ini.

          Pulau Tabuhan. Sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang berada di tengah lautan. Konon disebut tabuhan karena di waktu lalu, angin pantai yang begitu kencang menyebabkan ombang bergelung dan membunyikan suara serupa tabuhan. Letaknya ada di ujung Banyuwangi, di pertengahan kota Banyuwangi dan Bali. Semesta eksotis yang akhirnya bisa saya kunjungi pekan lalu.
            Sabtu pagi saya dan kawan-kawan brotherhood THP 2011, berkumpul di stasiun pukul 04.00 pagi. Udara dingin yang terasa, justru mampu menghangatkan kebersamaan kami yang mengamini liburan kali ini merupakan project liburan besar kami yang terakhir. Tentu saja karena kami telah memasuki dunia sibuk mahasiswa semester akhir. Pukul 04.30, kereta Pandanwangi seharga tiket Rp 8000,- tiba di stasiun Jember. Tujuan kami menuju stasiun Banyuwangi Baru memakan waktu selama 3 jam perjalanan. Dengan riuh canda yang sulit dikontrol bahkan oleh petugas kereta, akhirnya kereta kami tiba di stasiun banyuwangi Baru sekitar pukul 07.30. Dari stasiun, kami dijemput oleh lin kuning yang sebelumnya sudah dipesan oleh kawan-kawan dari seorang kenalan di Banyuwangi.
         Bergumul dengan barang-barang bawaan dalam satu mobil lin, kami berdesak-desakkan dengan khidmat. Melewati pantai Watu dodol yang terlihat begitu biru dari tepian jalan, membuat nafsu kami memburu untuk segera menyentuh ombak. Lin berbelok menuju jalan pedesaan, hampir setengah jam akhirnya lin berhenti di pinggiran pantai. Tidak ada tarif untuk memasuki pinggiran pantai yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal ini. saya dan 32 kawan brotherhood berhenti sejenak di pingggiran pantai ini. dan beberapa kawan lain, sibuk mengurusi kapal yang akan membawa kami menuju pulau Tabuhan. Karena banyaknya anggota dan barang-barang yang ikut, kami menyewa tiga kapal seharga ../kapal. Dan juga safety jacket sebagai alat snorkling di pulau Tabuhan nanti. Maka tak berlama-lama di pinggiran pantai, akmi pun segera menaiki kapal dan berangkat menyusuri lautan biru.
          Sama rasanya seperti ketika saya menaiki kapal menuju pulau Gili Probolinggo. Perasaan takjub berada di atas kapal menyusuri lautan biru dimanapun mata memandang. Hanya ada garisan lurus antara langit dan lautan. Mereka biru dan mereka luar biasa buat saya. Terombang-ambing di lautan dari atas kapal, kurang lebih setengah jam tepatnya pukul 09.00, kami pun sampai di pulau berpasir putih yang memiliki satu mercusuar di tengahnya. Keadaan pulau ini sangat sepi serupa pulau milik pribadi. Hanya ada beberapa pengunjung yang jumlahnya bisa dihitung. Setelah semua kapal tiba, kami segera mendirikan tenda. Selain kami, juga terdapat dua rombongan kecil yang juga mendirikan tenda. Selesai, membersihkan pekarangan tenda dan menyiapkan tempat memasak, kami beristirahat. Selayaknya pantai yang lain, pulau Tabuhan di siang hari juga begitu menyengat. Lautan biru yang sangat cantik membuat beberapa kawan tak betah untuk menunggu lebih lama menuju pantai untuk snorkling. Saya masih sabar meski sudah sangat bernafsu untuk menyatu dengan air. Maka meski belum menyentuk alat snorkling, saya pun menuju pinggiran pantai untuk sekedar menghapus dahaga pada air lautan yang sedari tadi Cuma bisa saya pandang. Baru beberapa jam kawan saya bersnorkling ria, dia sudah menemukan bintang laut berwarna biru kehijauan. Sejujurnya, saya baru kali ini melihat bintang laut dengan warna cantik itu. selain bintang laut, kawan-kawan juga menemukan beberapa teripang yang kemudian di belah untuk bakaran nanti malam. Kami semua penasaran dengan rasa si timun laut.
star fish ( pict taken by Sa'diah)
          Beranjak sore, akhirnya waktu saya untuk bersnorkling menikmati pantai. Tidak ada ombak seperti pinggiranpantai Papuma atau payangan Jember. Airnya tenang dan sangat dangkal hingga jarak yang agak jauh dari daratan. Sejujurnya saya tak jago berenang. Hanya bisa dengan kemampuan sangat jelek. Maka saya pun berinisiatif hanya berada di pinggiran, karena takut tenggelam. (teori bodoh sebenarnya mengingat safety jacket yang saya pakai). Tak lama saya menyentuh air, seorang pria berperawakan tinggi, yang tentu saja tak saya kenal memanggil
“mau snorkling ya? Mau ikut saya? saya ajak ke spot yang bagus untuk snorkling” ajakan menggiurkan buat saya dan dua orang kawan lainnya, Effi dan Diah. Tanpa pikir panjang, kami pun mengikuti pria tak dikenal yang menjanjikan alam indah di bawah laut.
            Di pinggiran pantai, mas Mr X yang sampai sekarang tidak saya ketahui namanya, memberikan instruksi layaknya tour guide. Kami disuruh membersihkan kacamata air dan selanjutnya memasangkannya di kepala. Juga menggunakan safety jacket.  Selanjutnya, dia mengajak kami berjalan menuju lautan. Tak begitu jauh dari daratan sebenarnya. Tapi buat saya yang takut pantai bagian tengah, saya rasa kami sudah berenang cukup jauh dari daratan. Mr X ini, menuntun kami dengan berenang di depan. Dan selanjutnya, begitu menakjubkan keindahan terumbu karang yang saya lihat dari atas, tempat saya melayang. Ikan warna-warni yang berlarian, terumbu karang, bintang laut kebiruan, teripang, dan makhluk air lain yang tidak saya ketahui namanya. Mas Mr X ini, mengenalkan kami pada tanaman laut bernama anemon yang meliuk-liuk cantik di dasar. Bintang laut besar yang saya temukan dan pemandangan lain yang begitu luar biasa. Serupa melihat iklan RCTI di masa lampau.
saya, si anak pantai dan star fish ( pict taken by Sa'Diah)
      Sejujurnya, baru kali ini saya melihat keindahan dasar laut secara nyata dengan mata sendiri dan saya sungguh jatuh cinta. Sayangnya, kami tak menyewa kamera underwater untuk dokumentasi bawah laut. Tapi, bukankah keindahan alam yang sesungguhnya adalah ketika kita sampai lupa untuk mengabadikannya? Maka begitulah buat saya, tak ada waktu untuk memikirkan cara berfoto bersama makhluk-makhluk air ini. saya sempat tanyakan pada Mr X yang berbaik hati menunjukkan spot keren ini. Dia bilang, banyak wisatawan Tabuhan yang kecewa mengunjungi pulau ini untuk bersnorkling karena mereka tidak tahu keindahan sebenarnya di pualu ini. mungkin karena mereka tak menemukan spot yang bagus untuk dilihat. Jadi secara cuma-Cuma,  Mr X yang akhirnya kami ketahui adalah tour guide sungguhan, mengajak wisatawan baru untuk melihat spot indah dan bertempat dangkal. Saya bersyukur bertemu mas berperawakan jangkung yang baik hati ini. Pastinya dia begitu mencintai pulau ini.
          Setelah asyik bersnorkling dan selepas Mr X pergi, kami pun mengelilingi pulau Tabuhan. Ada rerntuhan tembok yang katanya, bekas mercusuar yang hancur diterjang ombak. Foto disini bagus, juga terdapat pohon-pohon kering yang mengingatkan saya pada background prawedding yang terkesan etnik. Mendekati senja, saya dan kawan-kawan lain belum mentas dari air dan kembali bertemu dengan Mr X. Di sudut pantai yang berbeda, kami mengadu banyaknya bulu babi dan ubur-ubur yang tentu saja membuat kami takut mendekat. Namun, Mr X malah mengajak kami mendekati mereka. Dia bilang, bulu babi dilihat dari atas sangat bagus. Serupa disihir, lagi-lagi kami mengiyakan untuk mengikutinya mendekati bulu babi. Kami berenang agak jauh dari pinggiran. Sama seperti spot sebelumnya dengan sudut pantai yang lain. Dan ketika mata melihat dasar laut, benar saja ada gerombolan bulu babi yang ternyata sangat luar biasa ketika ditengok dari atas. Bentuknya serupa lampu disko. Berwarna putih, biru berkilauan. Terdapat bulatan ditengah atasnya. Ahh, saya baru tahu bulu babi yang ditakuti selama ini secantik itu. kami tentu saja tak menyentuhnya karena seperti yang digemborkan selama ini, dia beracun. tapi, karena kurang berhati-hati, saya ternyata menginjak bulu babi yang mengumpat diantara batu karaang yang tak sengaja saya jajaki. Rasanya menyengat seperti digigit tawon. Dasarnya, manusia manja, dengan rasa perih begitu saya tak kecapekan mau berenenang ke pinggir pantai. Maka dibantu kawan-kawan saya ditarik dan dipinggiran pantai saya lihat titik hitam di kaki bekas si bulu babi. Kami panik melihat tanda hitam itu.
          Namun, dari kejuahan mr X yang bergerak menaiki kapal hanya tersenyum melihat tingkah kami. Sambil sedikit berteriak dia bilang tak perlu khawatir, besok juga nyerinya hilang. Saya tak percaya, karena mungkin saja sudah terdoktrin bahwa bulu babi itu sangat beracun. tapi ternyata Mr X benar. Tak sampai menunggu esok tiba, nyerinya sudah hilang.
Puas snorkling, saya pun melepaskan safety jacket namun masih belum mentas dari air. Lautan yang sepi dan semburat senja yang datang menemani saya mendekati malam. Saya melihat matahari tenggelam dari lautan lepas. Terlihat gunung dan sebuah kapal didepan mata. Maha Agung Pencipta Alam.
           Malam kami di pulau Tabuhan, bertepatan dengan fenomena eclipse. Purnama yang cantik menemani kami yang bercanda ria sembari gitaran di pinggiran pantai. Udara tak terasa dingin. Malah sangat panas ketika berada di dalam tenda. Maka tetap berada di pinggiran pantai sangat tepat. Beberapa kawan, membakar teripang laut hasil perburuan siang tadi. Saya mencicipinya sedikit dan sejujurnya saya tak suka rasanya. Entah karena cara mengolah yang tidak tepat. Rasanya sangat asin, karena dicuci dengan air laut pula, dagingnya alot dan terasa getir di lidah.
            Dan setelah puas menikmati malam, mata saya mulai lelah. Liburan belum usai, masih ada esok hari hingga siang sebelum kapal kami menjemput. Maka saya sudahi hari ini dengan bernjak menuju tenda. Dengan bayang-bayang terumbu karang yang ingin saya nikmati sekali lagi, atau jika boleh berkali-kali lagi. sayangnya, esok paginya, arus laut cukup besar sehingga menyurutkan niat saya untuk berenang menuju spot kemarin. Sedikit kecewa, tapi saya cukup puas dengan menikmati berenang dengan pandangan mata yang jernih melihat bawah air.
        Yang saya sayangkan, ketika banyak teman hanya menikmati pinggiran pantai dengan berfoto-foto selfie saja. Bukan alamnya yang jadi objek utama. Tak melihat pemandangan seperti yang Mr X itu perlihatkan. Jika berfoto-foto di pinggiran pantai bagi saya, sama saja seperti berfoto di pinggiran pantai papuma, hanya saja pasir pulau Tabuhan yang lebih putih. Mengunjungi alam, semestinya tak hanya untuk keperluan dokumentasi sosial media. Manusia sepertinya mulai lupa bagaimana cara menikmati hidup dengan alam yang begitu mempesona. Ahh, saya Cuma mau berterus terang sekarang. Saya lupa mengucapkan terimakasih dengan berjabat tangan dengan Mr X yang baik. Dan saya akui, Tabuhan kamu cantik []

Continue Reading...

Followers

Follow Us

Follow The Author