Aku masih disini. Memandangi
rintik hujan yang terus saja turun sejak pagi tadi. Apa kamu lupa hari ini kita
ada janji? Terserahlah hunny, yang
pasti aku akan tetap menunggumu. Hingga denting piano yang dimainkan itu
berhenti bahkan jika perlu hingga kafe ini tutup sekalipun. Kamu tahu aku
nekat. Tapi setidaknya aku tak pernah sampai mengobrak-abrik rumahmu agar kamu
tahu perasaanku.
Ah, coba lihat rambut panjangku
yang sudah mulai berasa lepek oleh keringat. Kamu tak pernah tahu kan usahaku
untuk memanjangkan rambut ini. Ku
lakukan ini hanya karena kamu suka wanita berambut panjang. Sulam alis,
bermacam kosmetik dan segala macam hal yang kau suka kulakukan. Aku telah
melakukan banyak hal gila sejak kamu putuskan adanya jeda diantara kita.
Sudah dua tahun hunny. Kamu perlu tahu aku telah jadi apa
yang kamu mau. Semuanya telah berubah,
tapi perasaanku tak pernah beda.
“...Joko” sayup-sayup kudengar
panggilan lamaku. Panggilan sayangnya. Aku menoleh pada wajah yang mengernyitkan
dahi. Ah, dia masih saja sama. Masih saja seringkali membuat jantung berdegup dan
menyesakkan dada. Lagi-lagi datang dengan menggandeng wanitanya.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar