Jejak

Jejak

Jumat, 26 April 2013

Eksistensi Kaum Minoritas

Share it Please
Berawal dari cerita seorang teman mengenai sebuahgereja yang di segel, aku jadi tertarik dengan fenomena kaum minoritas yang jelasterpampang nyata di sekeliling kita. Katanya, gereja tersebut di bangun disebuah kawasan yang mayoritas Islam. Aku tak cukup mengerti tentang masalahyang sebenarnya, yang jelas para warga pemeluk agama tersebut hanya bisamerayakan hari Raya nya di luar gereja. Dan katanya lagi, hari perayaan diiringiisak tangis para  jamaah nya, yang jugadiperlakukan kurang baik oleh warga masyarakat lainnya.
         Baru beberapa menit kami bercengkerama, dari berandafacebook ku jumpai artikel serupa mengenai fenomena minoritas. Artikel tersebutmemaparkan tentang pembunuhan muslim di Myanmar oleh skuad 969, sekelompokbiksu Buddha paling berbahaya di sana. Lagi-lagi kaum minoritas yang tersakiti.
         Kita tahu bahwa kaum minoritas bukan hanya terbentukdari perbedaan agama saja. Perbedaan ras, suku, bahkan di dalam pergaulan punkaum minoritas dengan  begitu mudahnya  mampu terbentuk. Kenyataan bahwa perbedaan itumemang ada di segala titik kehidupan, sayangnya tak mampu di terima oleh semuaorang. Konsep pluralitas, mungkin malah dianggap mengancam eksistensi golongantertentu.
Tiap individu oleh yang Maha Kuasa diciptakan unikdan berbeda-beda.  Hal ini merupakankonsep utama terciptanya keragaman di seluruh belahan dunia. Setiap individuberhak memilih apa yang menjadi pilihannya, dan seyogyanya individu yang laintidak berhak untuk menghakimi. Kaum minoritas hanyalah sekelompok manusia yangmungkin memiliki pilihan hidup yang berbeda atau juga mempunyai kondisi hidupyang berbeda dari lingkungannya. Sudah semestinya semua orang mampu untukmenghormati  dan menghargai hak oranglain. Pemahaman ini yang semestinya mampu dipegang teguh oleh seluruhmasyarakat, sehingga tidak perlu timbul kesakitan yang dirasakan kaumminoritas. Baik kesakitan raga maupun jiwa yang diterima, akibat dikucilkanoleh yang lain.
          Di Indonesia sendiri kasus keberagaman sudah cukupbanyak terekspos di berbagai bentuk media.  Rasanya masih segar di ingatan ku, saat beritaperang sampit begitu santer terdengar. Pembantaian manusia yang begitu keji danbrutal, oleh mereka yang berbeda suku. Kita yang mengaku Bhineka Tunggal Ikapun, rupanya tak cukup bisa menampung perbedaan yang sangat nyata di Indonesia.
Kaum minoritas tepatnya timbul akibat keberagamanyang tak bisa diterima oleh sebagian besar masyarakatnya. Andai saja, kitamampu menempatkan diri pada  posisimereka yang merasa terkucilkan. Ikut merasakan pedihnya luka, saat hak kitadirampas secara paksa atau pun secara diam-diam. Kita akan lebih bisa mengertidan bisa menghormati perbedaan yang terjadi di alam ini. Dan harapan terakhirku muncul disini, semoga makna tenggang rasa tak hanya menjadi kata yang sekedardibaca dan sebagai hafalan saat duduk di bangku SD. Tapi mampu menjadi pegangandiri dalam mengahadapi keberagaman hidup yang kita alami.  


R-dyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Us

Follow The Author