Well, sekarang mana yang lebih baik? Kamu tahu banyak
tentang rahasia-rahasia di sekelilingmu atau kamu tetap bungkam dengan segala macam prasangka yang ada
diotak, sembari menebak-nebak isi hati orang lain dan hal itu terkadang
membuatmu suka tersenyum sendirian.
Ternyata aku memilih nomer dua. Tapi ternyata semua sudah terlambat
sekarang. Saya sudah mengetahuinya, lebih banyak dari yang saya kira sepertinya
dan jauh dari semua prasangka yang membuat saya seringkali suka tersenyum. Tapi poinnya, Tolle masih benar. Hidup saja
di saat ini. tak perlu mengkhawatirkan yang akan datang. Saya tahu alasannya
sekarang, karena terkadang pikiran bisa membunuhmu, menikammu dengan sangat
mematikan.
Ada hal penting lainnya. Kamu tak akan pernah bisa
mengandalkan orang lain. Seberapa hebatnya dia, seberapa pintarpun otaknya,
jangan pernah terlalu percaya. Itu hanya akan membuat mu terlihat bodoh. Dan
tentu saja tak baik untuk mengingat yang sudah terucap, yang sudah lalu. Anggap
saja itu kertas lusuh yang sudah kau bakar kemarin. Tinggal abu yang tak
berarti apapun.
Ini hidupmu, Dian. Entah kenapa saya sering melupakan hal
ini. bodoh memang. Yang akan saya lakukan mulai saat ini adalah saya tak ingin
menceritakan apa-apa. Tak ingin terlalu meliarkan keingintahuan yang begitu
besar. Saya tak ingin terlalu banyak bicara pikiran-pikiran bodoh yang
akhir-akhir ini sering muncul seperti kesetanan. Pikiran tentang masa depan.
Benar-benar gila rasanya.
Saya ahanya kan berpikir untuk sesuatu yang pasti. Saya tak
ingin membiacarakan hal yang bahkan saya belum tahu kebenarannya sekalipun.
Terkadang menebak-nebak hanyalah lintasan pikir yang jika kau ucapkan adalah
suatu kecerobohan.
Saya bergolongan darah B. Dan saya sering dianggap ceroboh.
Saya tak ingin mengamininya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar