Jejak

Jejak

Rabu, 02 November 2016

Sin

Share it Please
      Simbah sakit bu. Kata Mbak Esti, dokter mendiagnosa jantungnya bengkak dan akan sulit disembuhkan sebab faktor usia pula. Ibu tak tahu ya? Mereka bilang, jangan kabarkan ini dulu ke ibu. Takut kepikiran, padahal anaknya yang telat lulus ini mau diwisuda. Lalu, aku juga diminta untuk tak mengabarimu lebih dulu. 
      Bu beberapa waktu yang lalu, waktu aku sedang menonton tv bersama bapak, layar kaca itu memperlihatkan potongan cerita tentang orang tua dan anaknya. Aku lupa itu cerita tentang apa dan aku lupa saat itu bicara apa ke bapak, yang kuingat hanya perkataan bapak kemudian. Dia minta aku bersyukur sebab masih punya orang tua yang lengkap, yang masih sehat. Dia juga mengakui perasaannya sebagai yatim piatu, lalu bola matanya berkaca-kaca. Iya. Bapak yang baru sekali dalam seumur hidup kulihat menangis, itupun ketika lebaran beberapa tahun lalu, bahkan bapak tak menangis ketika ibunya meninggal atau aku saja yang tak tahu. Hari itu, kulihat lagi matanya berkacakaca. Mungkin ia sedang berusaha kuat menahan bulir air di depanku. Aku cuma bisa tersenyum dan lirih mengucap iya untuknya. Besoknya bu, kutemui tulisan bertanggal di balik pintu warung. Nama kedua orang tua bapak berikut tanggal wafatnya. 
       Waktu wisuda sudah dekat bu. Aku sudah memberimu kebanggaan apa? apa wisudaku cukup membuatmu bahagia? Kurasa tidak. Kau bilang, merasa biasa-biasa saja menyambut wisudaku sebab sudah pernah merasai wisudanya mbak Lia. Iya. Kau juga tentu tahu bahwa wisuda tak menjamin anakmu ini menjadi manusia yang luar biasa. Dia hanyalah seremoni pembebasan dari skripsi yang kala itu membuatku banyak menangis. Hanya itu yang bisa kubanggakan mungkin atau tak ada satupun alasan yang layak kusebut. Kini, dia justru jadi simbol keegoisanku padamu. Hanya berkat seremoni yang menghabiskan waktu kau harus menunda untuk menjenguk ibumu yang sakit, satu-satunya orangtua milikmu. Maaf ya bu. Aku tak bisa berbuat banyak selain menahan diri. Entahlah, apa wisuda memang spesial buatku. Tapi aku mau, kau di dekatku. 
       Bu, ini bulan lahirmu. Semoga kau senantiasa berbahagia dengan belahan jiwa dan anak-anakmu ini. Terimakasih untuk banyak kesabaran dan kekuatan selalu bertahan. Semoga simbah masih punya banyak waktu. Semoga aku punya banyak kebahagiaan buatmu. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Us

Follow The Author