Jejak

Jejak

Senin, 21 April 2014

Pulau Gili Probolinggo: Pesona yang Terluka

Share it Please

         Jika mendengar kata Gili, mungkin sebagian besar orang mengingat Gili Trawangan, Gili Ketapang atau Gili Manuk. Gili artinya pulau kecil, dan ada begitu banyak jumlahnya di Indonesia. Salah satunya pulau Gili yang ada di Probolinggo. Ketika melihat postingan gambar diatas oleh seorang teman di facebook, saya memang berlebihan senangnya dan langsung saja menyutujui untuk ikut travelling ke pulau Gili Probolinggo. Ada banyak bayangan indah yang berseliweran di otak, terutama tentang foto-foto cantik yang nantinya akan kami dapatkan disana. Bentuk pulau ini begitu menarik perhatian saya. Singkat cerita, berangkatlah kami bersepuluh menuju Probolinggo, kamis(17/4). Jujukan pertama kami dirumah Isnairil, untuk beristirahat terlebih dulu. Keesokan harinya kami memulai touring. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Museum Nusantara Probolinggo.
Kemudian berlanjut menuju Pelabuhan untuk menaiki kapal dan mencapai  tujuan utama kami yaitu Pulau Gili. Menyusuri lautan Pantura dengan posisi berada di depan kapal, rasanya begitu menakjubkan. Sejauh mata memandang, hanya ada lautan biru yang terhampar eksotis. Sekitar setengah jam kami terombang-ambing di lautan lepas. dari kejauhan, pulau Gili telah nampak di pelupuk mata. Gambarnya serupa dengan foto yang terlihat.
            Kapal kami terus melaju mendekati pulau Gili, ada begitu banyak kapal yang berjejeran di pinggir pulau. sesampainya di bibir pulau, mata saya tak henti-hentinya memandang sekitar. Miris. Itulah satu kata yang rasanya ingin saya ucapkan berkali-kali untuk menggambarkan kondisi sekitaran. banyak tumpukan sampah menyebar di bibir pantai. Juga ada banyak kambing berkeliaran di manapun kami berjalan, dan anehnya, kambing-kambing itu mencari-cari makanan di tempat sampah. mirip kucing di setiran rumah kita ya? Anak-anak berenang riang bersama sampah-sampah yang melayang di permukaan air laut. Ada kambing di samping penjual makanan. Argh, rasanya kesal sendiri melihat pulau yang saya idamkan tak sesuai dengan apa yang saya harapkan di dalam bayangan.
           "bagian pantai yang bagus, ada di ujung sana. ada goa kucing nya juga" ucapan teman saya memberi sedikit harapan untuk menikmati pulau ini. Sehabis solat Jumat di pulau Gili, kami pun teus berjalan menyusuri perkampungan yang mayoritas penduduknya orang Madura tersebut. Lalu kami sampai di jalanan yang berupa batu-batu karang. pantai yang katanya indah, mulai terlihat. lautnya biru, berpasir putih dan memiliki ombak yang tenang. Sayangnya, kami terlalu siang saat mengunjungi pulau Gili, alhasil teriknya matahari dengan ganas membakar kulit. sesampainya di bibir pantai, saya harus kembali dikecewakan. Bagian pantai yang indah ini pun, sudah ternodai oleh tumpukan sampah yang menggenang. Dan ada beberapa kambing juga yang berjalan mencari makanan hingga tiba di tempat itu. Saya tak sempat dan memang tak berminat untuk mengunjungi goa kecil, takut kembali dikecewakan.  Hanya berdasarkan foto-foto yang di tunjukan oleh teman saya, goa itu berbentuk rumah yang didalamnya terdapat goa kecil. hanya beberapa menit kami duduk-duduk di bawah pohon dekat bibir pantai. Kemudian berfoto-foto sebentar dan selanjutnya kembali mencari kapal untuk pulang ke daratan Probolinggo. Kami melewati jalan yang sama, menyusuri perkampungan kumuh di pinggiran pantai, bersamaan kambing-kambing yang dipelihara serupa kucing. Dengan kotoran-kotoran bulat yang terlihat sangat biasa di jalan-jalan. Saya tak ingin lagi mengunjungi pulau ini, pikiran ini terus saja bergelayut kasar di pikiran. Sangat merisaukan tentunya, ketika saya melihat potensi besar yang ada di pulau Gili, namun tak ada yang bisa dilakukan.
          kambing berkeliaran di jalan perkampungan (doc.pribadi)
 
kumpulan kambing di jalanan (doc.pribadi)
 tumpukan sampah di bibir pantai (doc.pribadi)
          Pertanyaan saya cukup satu. Apakah pemerintah daerah disana tak pernah melirik potensi alam yang begitu mempesona disana? saya ingat, banyak pulau kecil di Indonesia yang tak berpenghuni dan akhirnya dijarah oleh bangsa-bangsa tetangga yang tamak. Namun perlu diingat, mestinya kita juga merawat pulau yang sudah berpenghuni agar tetap lestari. Goal dari negara kepulauan, tak hanya tentang pulau-pulau yang dihuni, tapi kelestarian dan kemakmuran alam yang sudah semestinya dijaga. Untuk pulau Gili, semoga suatu saat nanti kutemukan kabar kesembuhanmu, dari timbunan sampah yang melukai pesonamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Us

Follow The Author