Dunia
itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan
itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya- Soe Hok Gie
Sudah tak terbendung lagi niat saya untuk mengunjungi Pulau
Seribu Bukit ini. Pesona cantiknya yang seringkali hanya bisa saya cicipi lewat
foto, membuat saya acapkali gemas dan sering bermimpi untuk mengunjunginya. Adalah Desa
Tepal, sebuah desa yang terletak di kecamatan Batu Lanteh tepatnya di punggung
Gunung Batu Lanteh dan merupakan daerah penghasil
kopi terbesar di Sumbawa. Banyak artikel menyebutkan desa Tepal masih memegang
teguh budaya Samawa, budaya tradisional Sumbawa. Mulai dari cara berpakaian,
rumah adat, bahasa, upacara adat pernikahannya dan juga pemandangan alamnya
yang nampak eksotis. Hal ini yang menjadi salah satu alasan kuat mengapa saya
begitu mengagumi nya dan sangat ingin mempelajari budaya mereka secara langsung.
Saya sering membaca artikel di internet dan menemukan banyak
cerita seru para penulis yang pernah singgah di Desa Tepal. Tentang rute
jalannya yang begitu terjal dengan turunan yang begitu curam. Tentang kopi nya
yang terkenal dengan citarasanya yang khas. Tentang pemandangan alamnya yang
memikat, yang selalu saja seperti mempengaruhi saya lebih dalam untuk singgah
disana. Juga tentang keteguhan masyarakat Tepal dalam memegang tradisi nenek
moyangnya. Saya sudah sangat terpikat hanya dengan membaca segala tentangnya.
Holiday is Tepal.
Saya bayangkan tengah berada di atas
hardtop, salah satu transportasi yang bisa diandalkan menuju desa Tepal selain
kuda dan motor trail, dengan kondisi terguncang-guncang melewati jalan turunan
yang begitu curam dan licin. Memacu adrenalin pastinya. Bisa dibayangkan letak
Desa Tepal yang disebut-sebut sebagai atap Sumbawa karena letaknya yang berada
di puncak tertinggi Sumbawa lalu melewati hutan belantara untuk sampai ke
tujuan. Kemudian memasuki desa Tepal, perkebunan kopi yang menjadi sumber
penghasilan masyarakat Tepal menyambut. Jenis kopi yang paling dominan berada
di Tepal adalah jenis robusta yang sering disebut memiliki citarasa yang khas. Selain
Robusta, juga terdapat kopi jenis arabika dan kawa tai ujat, sebutan masyarakat
lokal untuk kopi luwak. Sepertinya sangat nikmat diseduh di daerah pegunungan
yang dingin dan sejuk macam Tepal. Bahkan dengar-dengar harga kopi luwak ini
dihargai Rp 100.000 hingga Rp 1 juta. Wah, bakal tambah istimewa saja rasanya. Tak
hanya kopi, Sumbawa juga punya banyak kuliner khas berbahan dasar ikan. Misalnya
saja Singang, masakan berkuah yang serupa dengan gulai ikan namun memiliki rasa
yang berbeda karena kuahnya yang berasa segar dan agak masam. Juga ada ikan kuah sepat yang seringkali
sukses membuat saya ngiler saat membayangkannya. Masakan ini terbuat dari ikan
bakar ditemani kuah sepat yang berbahan terong, mangga muda, daun aru, ketimun
dan belimbing wuluh. Kemudian dimakan dengan menyuwir dagingnya terlebih dulu
kemudian dicelupkan ke kuah sepat dan dicocol sambal tomat. Sedap !
Beranjak dari
kuliner Sumbawa, mari kita kembali melirik budaya desa Tepal yang masih lestari.
Salah satunya rapesat atau pijat perut, sebuah upacara yang ditujukan untuk mengakhiri
kejadian yang dianggap di luar kebiasaan, misalnya saja mendung di musim panas
yang dipercaya sebagai pertanda ada yang hamil di luar nikah. Bagi masyarakat
Tepal, fenomena alam tak terpisahkan dengan perilaku hidup mereka. Kejadian
alam di luar kebiasaan dimaknai sebagai adanya kenistaan. Menurut Hartono, Kepala
Urusan Umum Desa Tepal, seperti yang dillansir website ekspedisi kompas, dengan
adanya ritual tertentu masyarakat Tepal berharap hal buruk dapat berakhir. Selain
rapesat, juga terdapat ritual eneng ujen. Ketika hujan tak kunjung tiba, ritual
eneng ujen dilakuka dengan memerintahkan kaum muda pergi ke puncak Ngengas yang
sangat dipercaya masyarakat Tepal sebagai tempat suci untuk berdoa. Gunung, dianggap
tempat suci yang menghubungkan dunia manusia dan ilahi. Masyarakat Tepal sangat
percaya hal itu. Dan di puncak Ngengas itulah kaum muda bermain rebana sebagai
ritual eneng ujen. (Permana Sari dan Arif: Ekspedisi Kompas, 2011)
Lumbung hasil pertanian-Desa Tepal (http://blogsauted.blogspot.com/2012/10/tempat-wisata-di-sumbawa.html) |
puncak Ngengas. (http://harisnasution5.blogspot.com/) |
Memasuki desa
Tepal akan ada banyak pemandangan menakjubkan yang bisa dinikmati. Deretan
rumah adat Sumbawa Rumah yang terbuat dari bambu atau kayu menjadi daya tarik tersendiri bagi orang
yang melihatnya. Terdapat lumbung-lumbung beratap alang-alang sebagai tempat
untuk menyimpan hasil pertanian berjejer dan letaknya tak jauh dari pemukiman
warga. Kemudian ketika berkeliling menikmati suasana desa Tepal, terlihat
wanitaTepal tengah duduk di teras rumahnya sambil menganyam tikar dari daun
pandan membuat suasana pedesaan terasa begitu bersahaja. Belum lagi kabar-kabar
mengenai wisata alamnya yang menakjubkan. Ada sungai Sabana, air terjun Telkan
dan puncak Ngengas yang letaknya tak begitu jauh dari desa Tepal dan membuat
saya tambah gemas ketika mendapati panorama indahnya lewat foto.
Sungai sabana (http://harisnasution5.blogspot.com/) |
Tanah samawa begitu elok dan arif. Begitu mudah menarik hati saya
untuk segera mengunjungi dan mempelajari
segala tentangnya. Yuk ke Sumbawa,
melihat kearifan lokal yang masih terpelihara dan merasakan kesederhanaan
masyarakat lokalnya. Ijinkan saya mengintip keindahan tanah air NTB lewat atap Sumbawa, berenang di sungai Sabana
dan air terjun Telkan, dan ketika letih tersedia ikan kuah sepat dan secangkir
kopi Sumbawa untuk dinikmati. Kemudian saya akan pulang kembali ke tanah Jawa
sembari membawa oleh-oleh khas Sumbawa, sebuah tikar daun pandan yang dianyam
sendiri oleh wanita Tepal. Hanya dengan membayangkannya saja, saya percaya desa
Tepal bakal jadi tempat liburan teristimewa buat saya []
Sumber
:
Anonim. Panduan
wisata Sumbawa. www.utiket.com.
Riki. Sebuah
Desa Yang Bertahan Karena Tradisi. http://www.indonesiakaya.com.
Permanasari dan Arif. 2011. Ketika Kabut Turun di Tepal.
http://ekspedisi.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar