Jejak

Jejak

Jumat, 05 Februari 2016

Ajeng Sekar Pratiwi

Share it Please
Ijen, 16-17 Nov 2013. Salah satu momen kebebasanmu ya Kar? :) (dok milik pribadi)
     

Saya mengenalnya ketika sama-sama masuk Manifest. Perempuan cantik yang kalem, dan suka sekali tersenyum. Setiap kali saya menggodanya, dia cuma membalas dengan senyuman atau tertawa dengan anggun. Sekar itu perempuan sekali kayak mbak Lia, kakak perempuan saya, dan saya suka karakternya mereka.
      Di Manifest, sejak kepengurusannya mas Erfan, angkatan saya yang kesemuanya perempuan suka digilir jadi ketua panitia. Seingat saya Sekar adalah perempuan pertama yang jadi ketua panitia diantara kami. Dia didapuk jadi ketua panitia acara bedah buku "Membunuh Indonesia". Saya ingat groginya dia ketika bersiap akan memberi sambutan. Dengan secarik kertas itu ia menghafalkan beberapa kalimat yang ingin disampaikan. Lalu ketika tiba waktunya MC memanggil ketua panitia, Sekar maju ke depan. Memberikan sambutannya dengan wajah tenang, tapi kemudian micnya mati tiba-tiba.  Saya yang ketika itu bertugas jadi notulen buru-buru maju ke depan ngasihkan mic yang normal kepadanya. Ia kembali meneruskan sambutannya hingga salam diucapkan. Ia tersenyum. Ia berhasil menaklukkan hari itu.
     Ajeng Sekar Pratiwi. Nama lahirmu. Di hari terakhir itu, saya baru tahu kita punya nama akhir yang sama. Jadi semacam marga gitu ya. hehe. Mestinya kamu, saya sama Mahda bikin trio Pratiwi biar kita bertiga ngehits dan bikin vokal grup kemudian. Kamu bisa jadi lead vocalnya Kar, suaramu bagus. Biar saya sama Mahda jadi backing vocalnya saja. Saya mah sadar diri :D Ah, Kar saya kebayang senyum kamu kalo mengatakan itu ke kamu. Iya, kamu selalu saja tersenyum tiap kali saya goda. Nggak pernah membalas. Atau ketika kita foto bersama, saya akan berbisik ke kamu, Duh Sekar aku mesti kelihatan kecil banget deket kamu. Kamu tertawa. Lantas akan sedikit membungkuk untuk menyamai tinggiku. Meski masih saja gagal. Saya tetap saja kecil deket kamu. hmmm..
       Rumah sakit tanggal 3 Februari 2016 mendadak jadi tempat yang menyedihkan. Di koridor rumah sakit depan kamarmu, di masjidnya, juga di lorong-lorong saya melihat banyak manusia bersedih bahkan menangis. Sama seperti kami dan tentu saja keluargamu yang tak tega melihat kondisi kesehatanmu yang makin memburuk hingga kami cuma bisa bersedih. Lantunan ayat suci, cerita dan isak tangis berbaur jadi satu. Semua doa khusus untukmu. Keikhlasan jadi satu jalan untuk mencintaimu di hari itu. Sekar, lalu Alloh punya pilihan terbaiknya untukmu setelah semua keikhlasan itu mengumpul jadi satu.
       Penyesalan selalu jadi hantu sudut pikir paling mengerikan. Ia selalu saja datang terlambat dan belum tentu bisa kita perbaiki lagi. Seperti ucapan maaf saya yang belum tersampaikan buatmu. Maafin Dian ya, Kar untuk semua hal. Untuk sikap kekanakan yang entah dengan atau tanpa sengaja pernah melukai hatimu. Atau hal-hal di organisasi atau pertemanan sekalipun. Lalu terimakasih telah jadi teman yang baik selama di masa perkuliahan.
        Semoga selalu damai di sisi Allah, Kar. Saya sayang sama kamu, semua teman-temanmu juga sayang kamu Kar. Keluargamu sudah pasti. Tapi Alloh lebih sayang. Ia punya tempat yang lebih indah dan tenang, ketimbang duniamu yang mungkin seringkali membuatmu tak nyaman ini. Selamat jalan kawan. Tidur yang damai []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Us

Follow The Author