Ketika pertama kali melihat keberangkatan mbak Lia naik bis
untuk kuliah di Malang dan merasa kekosongan rumah setelahnya, duduk di pojok
kamar adalah salah satu hal yang saya lakukan sembari mengusap airmata. Sejak saat
itu saya hampir tak pernah mengantar mbak Lia atau orang-orang tertentu hingga
tepi jalan. Pernah juga beberapa untuk hal-hal yang entahlah. Melihat
perpisahan dengan orang-orang tertentu seringkali membuat dunia mendadak berasa kosong
setelah ramai karena adanya dia. Seperti merasakan kehadiran banyak sanak
saudara yang membuat rumah terasa ramai, kemudian hening dalam sekejap saat
mereka pulang. Pun melihat teman yang mengepaki barang untuk berpindah juga
sebuah sesak yang merangsek utuh dalam relung. Serupa melihat kenangan-kenangan
kami yang ikut terpungut dan dibungkus dalam kotak-kotak coklat penghabisan. Kosong
setelahnya. Gak baik untuk kesehatan hati dan mata saya. Tapi saya sadar
sekarang, menghindar cuma tipuan mata yang menganggap dunia masih sama.
Perpindaha adalah pasti dan terkadang itu menyebalkan.
Sakdiah akan pindah dari kosannya hari Minggu. Untuk
selamanya mungkin. Bungkusan barang-barangnya telah siap dan rapi di beberapa
sudut kamar pun pungutan kenang yang menempel pada benda-benda mati itu. Pada
akhirnya, rencana kami untuk merayakan kelulusan bersama tak sesuai ekspektasi.
Tak apa, saya turut bahagia J
Hati-hati di jalan Sak. Apapun yang akan kita pilih nanti di masa depan, semoga
jadi hal-hal yang membahagiakan. Big hug. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar