Jejak

Jejak

Rabu, 04 November 2015

Magh dan Weekend lalu

Share it Please
kami manjat diatas gua pict taken by Yuni (dok.milik pribadi)


        Saya, Fika sama Alfiah berangkat ke rumah Kadita Sabtu lalu. Kami menginap dirumahnya untuk sekedar melepas kangen dan menghabiskan weekend bersama. Sore hari ketika mendadak perut saya sakit, kami berencana mengejar senja di Payangan. Sampai di perempatan Ambulu, motor yang saya dan Kadita naiki jatuh karena menginjak botol susu yang masih isi. Berkat insiden itu, akhirnya kami berempat mengurungkan niat ke Payangan dan malah berdiam di depan Indomaret, menikmati senja di situ sembari mengenang kebodohan saya waktu insiden jatuh tadi. Pasalnya helm antiknya Kadita yang saya pakai, melorot hingga menutupi mata saya. Alhasil saya gak melihat kejadian apa-apa di depan saya. Tahu-tahu, ketika saya angkat helm sudah ada mamas keren membantu meminggirkan motor kami, lalu setelah memastikan kami baik-baik saja, dia berlalu sambil pesan hati-hati. *eaaa. Sementara anak-anak masih asyik menertawakan kecengohan saya tadi, perut saya makin berontak sakitnya. Magh saya kambuh. 
       Lalu kami segera pulang. Setelah sekian lama perut saya kembali gak bisa diajak kompromi. Magh yang absurd sebab saya gak merasa telat makan atau habis makan mie atau makan pedas yang berlebihan. Kadita menyiapkan secangkir teh panas tanpa gula yang saya pesan dan baiknya, ia juga menyiapkan botol yang diisi air hangat untuk di urut di perut. Perut saya mulai membaik, malamnya kami menonton jaranan. Sejujurnya ini pertama kalinya saya lihat jaranan. hehe. Sebelum jaranan dimulai, ada aneka tari-tarian seperti gandrung. Yang menarik perhatian saya adalah seorang pria sepuh ngeremo dengan berdandan sanggul dan berkebaya seperti seorang wanita. Ia menari lama dengan gerakan pelan dan monoton. Lalu saya baru paham, ia akan turun setelah dapat saweran. Lalu naik seorang lelaki membawa selembar uang dan menggoda penari sepuh ini. Riuh sorak penonton menggoda mereka. Saya kasihan sama penari sepuh ini, mendadak loncat ingat keluarganya di rumah. Segitu besarnya perjuangan seorang ayah untuk menghidupi keluarga. Jadi beban mentalkah buatnya? Semoga sehat selalu pak penari. 
       Kami gak menonton sampai acara habis. Bahkan saya belum lihat atraksi-atraksi yang katanya sampai makan beling atau ayam mentah itu. Penasaran sih, tapi Ferdi-adiknya Kadita yang seringkali penasaran dan tanya kenapa alis saya tebal -_-, mulai ngantuk. Jadilah kami pulang duluan saat si penari jaranan mulai dirasuki roh dan menari dengan begitu mistis. Malamnya, kami bikin nasi goreng. Perempuan seringkali menghindari makan tengah malam sebab takut gendut. Tidak selalu begitu, tapi kebanyakan perempuan bisa membenarkan. haha. Kami melanggar pakem ini. Makan nasi goreng di waktu hampir tengah malam sambil cekikikan. menertawai apapun. Kebersamaan bareng mereka lagi sering saya rindukan. Jadi ingat waktu dulu masih ngontrak bareng di rumah Bu Jum. waktu saya ulang tahun, mereka bikin kejutan di tengah malam dan gak lupa sadisnya, tubuh diikat tali kemudian ditaruh dibawah pancuran dengan mnyiramkan berbagai formula gila. saya kangen! atau ketika rujakan tengah malam dengan sambal yang rasanya biadab. haha. Atau teriak barengan ketika setannya di film muncul dalam keadaan lampu kamar dimatikan dan sudah tengah malam. Cekikikan begini, bikin rindu meski formasi kami gak lengkap bersepuluh. Cuma cukup mengobati rindu.
          Esoknya, perut saya belum netral. Masih sedikit sakit meski gak separah kemarin. Kami berangkat ke rumah neneknya Kadita, sebab mau main ke air terjun dekat rumah neneknya. Saya khilaf, makan pencit :( cuma sedikit dan rupanya berefek hingga kemudian hari. Istirahat sebentar dan menaruh barang-barang kami pun lanjut ke air terjun ditemani oleh saudaranya Kadita. saya gak tahu nama air terjun ini apa. Kadita cuma bilang tentang air terjun dekat rumah neneknya. Medan jalan yang menarik diantara pepohonan jati dan cukup menyeramkan buat saya. bodohnya, karena gak tahu medan jalan yang ditempuh seekstriim itu, saya boncengan sama Fika yang punya kemampuan naik motor yang sama. Cemen. Kami berdua cuma bisa ngempet ketawa sambil mbibrik doa kenceng dalam hati. Kerennya kita sampai kok tanpa lecet ataupun insiden jatuh :D 
           Jalan sebentar, menaiki puncak sampailah kami di sumber air yang dimaksud. Lokasinya sangat sepi. Ketika kami datang, hanya ada tiga anak yang saya tebak anak-anak penduduk sekitar situ yang kemudian pulang karena kehadiran kami mungkin. Saya pikir sumber air ini bukan salah satu air terjun semacam tancak yang jadi objek tujuan wisata alam. Jadi maafkan, saya gak bisa kasih info dimana letaknya, hanya tahu didaerah Wuluhan-Ambulu. Penampakannya hanyalah air terjun kecil dengan sebuah gua di atasnya dan beberapa batu besar dengan air yang mengaliri permukannya. Tapi cukup melegakan perjalanan karena airnya yang segar. Kami berempat gak bisa menahan diri untuk naik ke gua di atas. Jadilah kami nekat memanjat. Memang mereka termasuk kawan-kawan yang patut di pertahankan. Meski kami seringkali gak sepaham. Tapi kawan-kawan yang punya kadar waras dan kenekatan yang sama selalu bisa buat kamu jadi apa adanya. Kumpul sama mereka, seringkali bikin saya yakin kalo jaga image itu basi.

berhasil memanjat gua (pict taken by Yuni)

kami berhasil (pict taken by Yuni)

bersandar pada batu besar (pict taken by Kadita)

cuma pose (pict taken by Rafika)

Y Robb maafkan, kami dilarang gaduh, tapi melanggar hehe (pict taken by Rafika)

i love it (pict taken by Rafika)

berhenti di tengah jalan. foto disini bagus (pict taken by rafika)
           Selepas terawa dan gila, kami pulang ke rumah neneknya Kadita. Tidur dulu sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Jember. Bangun-bangun perut saya tambah sakit. Kembali ke Jemberpun masih sakit. Hingga tiga hari magh saya gak kunjung sembuh. Saya baru sadar, magh saya kemarin termasuk golongan gak sederhana berdasarkan pengalaman sebelumnya. tsaah. Saya jadi kayak anak bayi yang setiap hari makan bubur,susu ditambah vitamin juga minum air putih yang banyak. 
           Mendadak akhir-akhir ini saya rentan sakit. Mungkin kebanyakn mikir skripsi kali.  *mikiropotonduk* Semalam saja, saya terbangun tengah malam dengan kondisi tubuh yang demam tapi menggigil kedinginan. Maka usaha paling membosankan yaitu makan bubur dan minum susu kayak Azam untuk jaga kondisi tubuh. Sehat itu murah nak. Sakitnya yang mahal, mending kalo dokternya kerenan. Jangan lupa jaga kesehatan dan pola makan wahai anak kosan Ingat IMR mu. Duh! []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Us

Follow The Author