Jejak

Jejak

Minggu, 24 Januari 2016

Coban Sewu

Share it Please
        Bisa bikin ending cerpen di tengah ruwetnya skripsi, rupanya mengharukan. hahaha. Beberapa hari ini saya sedang jadi manusia di luar nalar diri sendiri. Kemarin saja mendadak jadi pembalap dari Jember-Malang, nyetir melintasi piket nol dan itu rasanya "gue lagi keren" hahaha. Kita memang tidak pernah tahu sebelum mencobanya ya. 
         Jadi ceritanya saya, Diah, mas Panji sama mbak Yuke berangkat ke Coban Sewu dan Goa tetes di Lumajang-Malang Sabtu lalu. Janjian pukul 07.00 dan baru berangkat pukul 8 pagi. Alhasil kami mesti ngebut untuk lekas sampai di tempat tujuan. Perjalanan yang diperkirakan 2,5 jam jadi molor sebab di perjalanan ban motor mas Panji bocor dua kali. Perjalanan berangkat saya bonceng Sakdiah sebab tubuh masih fit jadinya berani. hehe. Kami sampai di tempat pukul setengah 12 siang. Makan dulu sebelum naik ke air terjun. Hal yang gak saya sangka, mas Panji sama mbak Yuke gak henti-hentinya bilang saya kayak pembalap. haha. Nggak sadar.
        Habis makan, kenyang kami berempat memutuskan naik. Bayar tiket ke goa tetes 5 ribu. lalu jalan melewati jalan yang sudah halus. perjalanan seru melewati anak tangga yang curam ke bawah. kaki saya cukup gemetar mungkin sebab masih kelelahan perjalanan.  Tapi alamnya punya view apik sebagai teman melepas letih dan panik sebab jalan yang curam. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit. Melihat goa tetes dari kejauhan, membuat semangat kami menggebu ingin segera sampai di tujuan. Jalan semakin terjal dan licin. Butuh hati-hati dan waspada agar tidak terpeleset. Lalu sampailah di goa tetes. air terjun berbentuk gundukan yang banyak. Indahnya, bikin nagih. Berfoto sebentar di sini dan belum menuju goa tetesnya kami segera menuju coban sewu untuk menhemat waktu. rencananya, saat pulang baru kami akan menuju goa tetes dibagian atas. Proses selalu jadi hal yang paling berharga, begitu juga dengan perjalanan menuju coban sewu ini. Melewati sungai dengan arus yang cukup besar, naik gunung, jalan menuruni air terjun kecil-kecil jadi hal yang begitu lekat di ingatan. Perjalanan yang menarik dan tidak begitu melelahkan. Lalu sebelum masuk lokasi coban sewu ada pembayaran tiket lagi 5ribu. selanjutnya kami kembali melewati sungai, tangga bambu dan perjalanan yang sama. Kelelahan yang dibayar tunai. Air terjun coban sewu benar-benar memikat. Tak cuma satu air terjun, tapi terdiri dari beberapa. 
         Semacam berada dalam gelas, saya bingung melukiskan indahnya dalam kata-kata. Tak sampai satu jam kami berada di coban sewu tiba-tiba hujan deras turun mengguyur. kami segera balik ke tempat tiket yang sedang kukut. Hujan makin deras, kami pulang bersama bapak-bapak tim SAR coban sewu. mengikuti langkah mereka melalui jalan yang berbeda dari keberangkatan awal. lewat tangga yang menjulang tinggi dan jauh sekali. Rasanya nafas tercekat dan kemengnya berasa sampai sekarang. Bapak-bapak ini keren sekali tiap hari naik turun tangga sepanjang ini. Teriamaksih bapak-bapak. pengalaman luar biasa menjadi pengunjung terakhir di coban sewu yang bahkan ikut kukut bareng bapak-bapak tim SAR nya. hujan makin deras dan kami terus memanjat melawan hujan yang saya sayang. Akhirnya menyatu denganmu. hehee. 
         begitu saja ceritanya. Sebab memang waktu yang tak cukup puas berada disana karena terhalang hujan. Saran, berangkatlah pagi agar bisa sepuasnya menikmati dua wisata alam air terjun paling mengaggumkan. JAdi saya punya air terjun favorit lainnya setelah madakaripura. Sekarang waktunya kembali pada realita. IMR ku sayang, mari kita selesaikan perjuangan ini []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Us

Follow The Author