Jejak

Jejak

Kamis, 07 Januari 2016

Memori Kereta Api

Share it Please
         Mendadak saya ingat kereta api. Tadi siang saya, Fitri dan temannya ngobrol perkara kenangan kami soal kereta api. Tak banyak perihal kereta yang kami bicarakan sih sebab kami mengobrol ngalor ngidul secara acak. Kami hanya saling mengingat dan melengkapi kenangan tentang jajanan yang dulu sering kami beli ketika kereta mulai berjalan. Biasanya di sepanjang perjalanan Madiun sampai Surabaya akan ada banyak penjaja nasi pecel, brem, wingko. Kemudian Surabaya hingga Jember, nasi yang dijajakan akan berbeda lagi, kebanyakan nasi campur atau nasi rames. Lalu di daerah Klakah para penjual punya komoditi jualan yang berbeda lagi, hampir semua pedagang yang naik dari Klakah menjual buah-buahan misalnya mangga, jeruk, salak. ada juga bibit tanaman dan burung dalam sangkar. Berhenti di Klakah selalu mengingatkan saya pada kedawung yang akhirnya saya tahu bahwa ia adalah nama lain dari trembesi. Tapi warnanya putih. hmm.. Klakah termasuk salah satu pemberhentian stasiun yang khas sebab hal-hal tadi. Masih banyak komoditi jualan yang berlalu lalang tanpa henti di dalam kereta seperti sate kerang, penjual kopi keliling, kerupuk, penjual stroberi, dan masih banyak lagi yang bisa didapatkan sepanjang perjalanan saya dari madiun-jember. Jajan favorit saya di kereta adalah tahu petis Bangil. Tahunya besar dan sambel petisnya mantap. Lalu, jika mau turun ke stasiun, kita bisa beli es dawet di stasiun yang sepertinya sampai sekarang masih setia berjualan disana. Tapi belinya harus sambil lari-lari sebab berkejaran dengan pemberangkatan kereta api. haha. Saya tak pernah lagi melihat adegan orang berlari-larian untuk beli dawet di stasiun Bangil sekarang. 
           Bukan hanya komoditi jualannya yang beragam, cara promosi pedagang pun bermacam-macam. Tak jarang mengundang gelak tawa para penumpang kereta api. Misalnya saja salah satu penjual buah yang saya ingat, ia mengucapkan buah setroberi dengan lafal seteropberi dengan mantap dan wajah yang polos. Orang-orang yang baru bertemu dengannya atau baru pertama naik kereta ini pasti akan tertawa mendengarkannya. 
          Ah.. kereta. Ada pedagang, tentu juga ada pengamen dan pengemis yang bisa bolak-balik dalam kereta. Hal-hal mengganggu dan terkadang juga membuat geli sendiri. Misalnya saja pengamen banci yang bikin teman saya mual sampai gak minat makan karena badannya yang panuan tapi tetap pede menganakan rok sangat mini. Aduh mas, eh mbak. 
           Dulu, ketika awal masa kuliah kereta belum tertata rapi dengan tatanan tempat duduk yang sudah tertera di tiket. Tulisan di tiket no seat. Artinya kita bisa duduk, berdiri, tidur atau jongkok dimanapun sesuka hati. Saya dan kawan-kawan pernah tidak mendapatkan tempat duduk ketika hari setelah hari lebaran. Kereta penuh sesak. Akhirnya kami berdiri. Dua dari kami berempat sudah dapat tempat duduk. Sedang saya dan Fitri masih berdiri di dekat pintu untuk menunggu adanya penumpang yang turun di stasiun berikutnya. Hari mulai siang dan kami lapar, maka kami memutuskan beli pop mie dan memakannya sambil berdiri. Bukan keputusan yang tepat dan cenderung bodoh saya kira. Kondisi kereta yang penuh manusia pedagang berlalu lalang, pengamen, pengemis tentu mengganggu kami menyuapkan mie dalam mulut. Seorang pedagang bahkan dengan polosnya mengangkat lengannya hingga ketiaknya tepat di depan saya yang sedang makan mie. Subhanalloh, sedapnyahh. Belum lagi, kaki yang diinjak-injak oleh pedagang yang rupa-rupanya cukup apatis dengan kondisi sekitar. hufth. Sakit njeeh. 
              Lalu perihal naik turun harga tiket kereta juga saya cicipi. Mulai dari harga Rp 26.000 naik 36,000, 50.000, 120.000 turun lagi saya gak terlalu ingat naik turun harganya hingga yang sekarang ini 80.000-100.000 untuk ekonomi logawa atau sritanjung, kereta yang sejak semester satu setia saya tunggangi. 
            Saya sudah seharusnya berterimakasih pada pak Ignasius Jonan, si Dirut utama KAI. Sejak masa kepemimpinannya KAI berubah drastis. transportasi yang dulu seingkali dianggap kumuh (ingat manusia yang suka jejer diatas atap kereta?) mulai bersolek menjadi transportasi yang nyaman bahkan kelewat berubah drastis dari awal. Saya merasa beruntung jadi salah satu saksi hidup yang mengikuti alur perubahan kereta api khususnya logawa dan sritanjung. dari kereta no seat yang memiliki kamar mandi dengan tempat pembuangan asal cemplung ke luar alias lintas rel, kini berubah menjadi transportasi cukup nyaman dengan AC yang kadang-kadang mati atau bocor dengan kamar mandi yang sudah terkelola dengan baik termasuk saluran pembuangannya. meski yah, tahulah bagaimana kondisi wc umum pada umumnya. Ada saja yang sangat bau. kereta saat ini bahkan sudah dilengkapi colokan, dan bebas dari asap rokok. Tak ada lagi pedagang yang berlalu lalang, pengemis, pengamen atau penumpang yang berdiri karena tak dapat tempat duduk. semua tertata rapi. saya menikmati tidur panjang selama di kereta. Meski terkadang rindu dinamika hiruk pikuk kereta waktu dulu. 
            Jadilah sekarang saya mencipta dinamika sendiri di dalam kereta. Dulu, ketika tiket no seat tentu saja kami duduk bergerombol dengan teman-teman hingga satu bangku penuh hanya milik serombngan tanpa campur manusia asing. dulu, kami berlima (teman-teman saya yang kuliah disini) seringkali pulang dan balik ke Jember sama-sama. semakin bergesernya waktu, kami mulai berani melakukan perjalanan sendirian. Toh, tak akan pernah tersesat selama kau naik kereta. tempat pemberhentian jelas kecuali kamu ketiduran dan tak dengar pemberitahuan bahwa stasiunmu telah sampai. saya punya banyak waktu untuk berbincang dengan orang baru yang kira-kira asyik diajak bicara selama perjalanan. Atau minimal bertanya dimana ia berhenti. Paling asyik kalo penumpang disebelah saya bawa bayi atau anak kecil yang lucu. Gemess. Paling menyebalkan kalo duduk di sebelah cowok yang suka nyepik, minta nomer hape atau cari kesempatan bersandar. Yassalam !
Selain teman bicara yang baru, saya juga suka menunggu senja dari balikjendela kereta tepat ketika melewati persawahan daerah Probolinggo. Saya suka ketagihan mengikuti matahari tenggelamnya dari kereta yang berjalan. Apalagi ketika momen itu tepat saat kereta melewati persawahan tanpa tedeng aling-aling. Pemandangan memuaskan buat mata saya. Favorit sekali. 
          Ah, kereta.saya rindu dinamikamu yang dulu meski puas juga dengan pelayanan saat ini. Teman saya dari Madiun satu persatu sudah menyelesaikan pendidikannya di kota ini. Dari lima, tinggal saya dan Sriani yang belum selesai. Sedang tiga lainnya sudah sidang. Fitri akan melanjutkan profesi, Eka akan berkemas dan kembali setelah Januari berakhir, sedang Arda yang terlebih dahulu wisuda telah menjadi guru di Madiun. hehe.. Saya dan kawan-kawan telah kau bawa kemari bersama-sama dan kembali pulang ke Madiun satu persatu. Terimakasih ya untuk pelayanan dan banyak kenangan yang berharga. haha. Alur hidup kami setelah ini akan berbeda. Mungkin tak lagi bersama-sama menunggangimu sambil cekikikan sesukanya, Tapi semoga berhasil dan bahagia dengan cita dan pilihan kami masing-masing []


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow Us

Follow The Author